Selasa, 05 Januari 2010

ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA TENGAH

Harrys Mursid Wibowo
20308017


ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA TENGAH

Mengenal Masyarakat Jawa Tengah

a. Persebaran
Suku jawa adalah suku yang mendiami pulau jawa daerah tengah dan timur, sebelum adanya pembagian wilayah seperti sekarang ini. Pusat kebudayaan suku jawa semula berpusat di Surakarta, tetapi dengan terjadinya perjanjian giyangti tahun 1755, pusat kebudayaan jawa berpusat di dua tempat, yaitu surakarta dan yogyakarta

b. Sistem Religi dan Kepercayaan
Agama yang dianut oleh sebagian besar suku jawa adalah islam, katolik, hindu,Kristen, budha.
Islam sendiri berkembang dijawa menjadi beberapa golongan, yaitu
• Islam Santri
Golongan yang menjalankan ibadah islam sesuai dengan syariat-syariatnya
• Islam Kejawen
Golongan yang percaya pada ajaran islam, tetapi tidak patuh menjalankan syariat islam, dan masih percay pada kekuatan lain

Disamping percaya kepada agama, masyarakat jawa juga masih percaya kepada kekuatan lain, seperti :
• Percaya kepada makhluk halus
• Percaya kepada hari baik/naas
• Percaya kepada hari kelahiran/weton
• Percaya pada benda-benda pusaka
• Perayaan hari istimewa/sakral(selamatan)

c. Sistem Kekerabatan
Masyarakat jawa menganut sistem kekerabatn bilateral atau paralel.
Dimana semua anggota keluarga terhubung sangat dekat.






d. Sistem politik dan kemasyarakatan
Pada zaman dahulu, suku jawa mengenal stratifikasi sosial, yaitu:
• Bendoro
• Priyayi
• Wong Cilik
Ada juga stratifikasi berdasarkan kepemilikan tanah, yaitu :
• Wong Baku
• Kuli gondok
• Sinoman

e Sistem Ekonomi
Masyarakat jaea sebagian besar nerpofesi sebagai petani, tidak semua masyarakat jawa mempunyai tanah untuk berladang, karena itu ada sebagian masyarakat jawa yang mengembangkan profesi ke bidang lain.

f Kesenian
Masyarakat jawa sebagian besar mempunyai kesenian olha tubuh, yaitu seni tari.

















Rumah Adat Jawa tengah

Rumah adat jawa tengah berbentuk rumah joglo, Sebuah bangunan joglo yang menimbulkan interpretasi arsitektur Jawa mencerminkan ketenangan, hadir di antara bangunan- bangunan yang beraneka ragam. Interpretasi ini memiliki ciri pemakaian konstruksi atap yang kokoh dan bentuk lengkung-lengkungan di ruang per ruang.
Rumah adat joglo yang merupakan rumah peninggalan adat kuno dengan karya seninya yang bermutu memiliki nilai arsitektur tinggi sebagai wujud dan kebudayaan daerah yang sekaligus merupakan salah satu wujud seni bangunan atau gaya seni bangunan tradisional.
Joglo merupakan kerangka bangunan utama dari rumah adat Kudus terdiri atas soko guru berupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang songo (tumpang sembilan) atau tumpang telu (tumpang tiga) di atasnya. Struktur joglo yang seperti itu, selain sebagai penopang struktur utama rumah, juga sebagai tumpuan atap rumah agar atap rumah bisa berbentuk pencu.



Pada arsitektur bangunan rumah joglo, seni arsitektur bukan sekadar pemahaman seni konstruksi rumah, juga merupakan refleksi nilai dan norma masyarakat pendukungnya. Kecintaan manusia pada cita rasa keindahan, bahkan sikap religiusitasnya terefleksikan dalam arsitektur rumah dengan gaya ini.
Pada bagian pintu masuk memiliki tiga buah pintu, yakni pintu utama di tengah dan pintu kedua yang berada di samping kiri dan kanan pintu utama. Ketiga bagian pintu tersebut memiliki makna simbolis bahwa kupu tarung yang berada di tengah untuk keluarga besar, sementara dua pintu di samping kanan dan kiri untuk besan.
Pada ruang bagian dalam yang disebut gedongan dijadikan sebagai mihrab, tempat Imam memimpin salat yang dikaitkan dengan makna simbolis sebagai tempat yang disucikan, sakral, dan dikeramatkan. Gedongan juga merangkap sebagai tempat tidur utama yang dihormati dan pada waktuwaktu tertentu dijadikan sebagai ruang tidur pengantin bagi anak-anaknya.
Ruang depan yang disebut jaga satru disediakan untuk umat dan terbagi menjadi dua bagian, sebelah kiri untuk jamaah wanita dan sebelah kanan untuk jamaah pria. Masih pada ruang jaga satru di depan pintu masuk terdapat satu tiang di tengah ruang yang disebut tiang keseimbangan atau soko geder, selain sebagai simbol kepemilikan rumah, tiang tersebut juga berfungsi sebagai pertanda atau tonggak untuk mengingatkan pada penghuni tentang keesaan Tuhan.
Begitu juga di ruang dalam terdapat empat tiang utama yang disebut soko guru melambangkan empat hakikat kesempurnaan hidup dan juga ditafsirkan sebagi hakikat dari sifat manusia.
Untuk membedakan status sosial pemilik rumah, kehadiran bentangan dan tiang penyangga dengan atap bersusun yang biasanya dibiarkan menyerupai warna aslinya menjadi ciri khas dari kehadiran sebuah pendopo dalam rumah dengan gaya ini









1. Denah
Denah rumah tradsional jawa tengah membentuk pola grid, bila di tarik garis-garis imajiner,maka pola grid akan terlihat.





2. Keseimbangan
Keseimbangan pada rumah tradisional jawa tengah berbentk simetris, baik scara tampak maupun denah, hal ini akan terlihat jika ditarik garis imajiner pada masing-masing sumbu.




• Pondasi dan kolom
Pondasi pada rumah tradisional jawa tengah menggunakan jenis pondasi umpak, yaitu dengan penopang batu kali yang dihubungkan kekolom.
Jenis kayu yang digunakn adalah jati, karena kayu jenis ini selain karena kekuatannya, juga mudah didapat pada waktu dahulu.
Sebagian kepala pondasi dimunculkan ke permukaan tanah, dan menjadi aksen tersendiri dalam rumah ini




• Pondasi dan lantai
Kepala pondasi dan lantai berhubungan langsung.
Sebelum adanya perkerasan lantai dahulu lantai rumah tradisional ini menggunakan tanah sebagai alasnya.



• Bukaan / Jendela
Bukaan pada rumah tradisionl jawa tengah memang meiliki banyak bukaan, menyesuaikan dengan iklim indonesia yang tropis.Tetapi ukuran bukaan tersebut tidak terlalu besar.
Jendela terbuat dari bahan kayu jati, ornamen yang biasa digunakan adalah ukiran flora.




• Pintu
Pintu Utama pada rumah tradisional jawa tengah memang dibuat lebar,hal ini merupakan implementasi masyarakat jawa yang terbuka kepada semua tamu yang datang, pintu biasa dihiasi ukiran-ukiran khas yang biasa disebut gebyok.



• Kolom
Kolom pada rumah tradisonal jawa tengah berjumlah genap, dengan 4 kolom utama sebagai struktur di tengah,atau biasa disebut soko guru,



• Atap
Atap rumah tradisonal jawa tengah berebentuk atap limasan, lebih spesifik lagi disebut dengan limasan lawakan.

3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Sebuah ulasan tentang rumah joglo yang cukup lengkap, dan menambah wawasan tentang arsitektur tradisional Jawa umumnya dan rumah joglo khususnya.
    Mohon ijin untuk mengutip tulisannya ya mas untuk website kami.
    Kami menjual rumah antik Jawa seperti Joglo dan rumah modifikasi dari bahan kayu jati daur ulang.
    Kunjungi web kami di http://www.warunkarsitekturonline.co.id
    Kunjungi kami di http://www.warunkarsitektur.co.id

    BalasHapus
  3. Terima kasih penjelasannya yang bermanfaat... Jgn lupa mampir ke blog kami homei

    BalasHapus