Senin, 04 Januari 2010

ARSITEKTONIK

ARSITEKTONIK

Tektonika berkaitan erat dengan material struktur, dan konstruksi, namun tektonika lebih menekankan pada aspek estetika yang dihasilkan oleh suatu sistem struktur atau ekspresi dari suatu konstruksi dari pada aspek teknologinya.

Penggunaan istilah tektonika sendiri sudah dikenal sejak lama dan telah mengalami perkembangan.
Tektonika berasal dari kata tekton dan sering ditulis dengan kata tektonamai yang dalam bahasa yunani secara harafiah berartipertukangan kayu atau pembangun. Dalam bahasa sansakerta dapat disamakan dengan kata taksan yang berarti seni pertukangan kayu yang menggunakan kapak,

Puisi vedic juga mengartikan tektonik dalam arti yang sama, yaitu pertukangan kayu, kemudian homer mengartikan istilah ini sebagai seni konstruksi secara umum.

Adolf Heinrich Borbein juga mengungkapkan hal yang sama tentang tektonika, pada studi phiologinya (1982) dia mengatakan bahwa tektonika menjadi seni dari pertemuan atau sambungan, seni dalam hal ini ditekankan pada tekne, sehingga tektonika bukan hanya bagian dari bangunan tetapi dalam arti yang lebih sempit juga berarti sebagai objek atau karya seni.

Seiring perjalanan waktu, pengertian kata tektonik dalam konstruksi lebih mengarah kepada halpembuatan karya seni, tergantung benar salahnya penerapannya dalam kegunaan pada nilai seni tersebut.

Penggunaan istilah tektonika secara arsitektural muncul di jerman dalam buku karya Karl Otfried Muller yang berjudul ”Handbuch der Archeologie der kunst” / ”Handbook of the Archeology of Art” 1830.
Dia mengartikan tektonik sebagai penggunaan sederet bentuk seni pada peralatan, bejana bunga, pemukiman, dan tempat pertemuan, yang dibentuk dan dikembangkan di satu sisi pada penerapanya dan di sisi lain untuk menguatkan ekspresi perasaan dan pengertian atau buah pikiran seni.

Tektonika pada arsitektur sering kali dilakuakan karena ingin memberikan penekanan pentingnya suatu bagian bangunan tertentu dari bangunan dan keinginan memberiakan suatu ekspresi yang mendalam kepada bangunan.
Karl Botticher Pada bukunya ”The Tectonic Of Helen” memposisikan kata tektonik sebagai pemberi arti pada sistem ikatan yang lengkap dari semua bagian kiul yunani menjadi keseluruhan yang utuh, termasuk rangka dari sculpture dalam segala bentuk.

Sedangkan Semper mengelompokan tektonika pada bangunan menjadi dua prosedur yang mendasar, yaitu :
• Tektonika dari rangka ringan yang terdiri dari komponen-komponen linier yang dikelompokkan menjadi matriks spasial
• Steorotomik bagian dasar dimana massa dan volume terbentuk dari elemen-elemen berat.

Eduard Sekter dalam “Structure Constriction and tectonics” mendefinisikan bentuk tektonik sebagai ekspresi yang ditimbulkan oleh penekanan struktur dari bentuk konstruksi, dengan demikian hasil ekspresi tektonika tidak dapat diperhitungkan hanya sebagai istilah pada struktur dan konstruksi saja.


Arsitektonika, Struktur Konstruksi, dan Perancangan Arsitektur

Tektonika berperan dalam mengabungkan kesenjangan antara struktur dan konstruksi dengan perancangan dalam arsitektur, tektonika membedakan struktur dan konstruksi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Struktur hanya dipakai untuk keperluan mewujudkan rancnagan sebuah bangunan. Elemen-elemen struktur hanay sebagai elemen penerus beban,sedang karakteristik struktur tidak ikut memberikan nilai arsitekturalnya.
2. Struktur terintegrasi dengan fungsi dan bentuk bangunan, dengan demikian elemen-elemen struktur sekaligus adalah elemen-elemen arsitektural yang ikut memberikan nilai arsitekturalnya.

Arsitektonik lebih menitikberatkan pada poin yang ke dua, yaitu kemampuan menemukan bentuk-bentuk yang menarik dari elemen-elemen struktur untuk diterapkan dalam perancangan arsitektur yang mungkin akan memacu semangat akan pemahaman struktur secara mendalam.




Struktur dan Konstruksi memang merupakan aspek teknis namun disisi lain juga merupakan aspek simbolik yang representatif. Suatu karya arsitektur dapat berdiri karena terdapat pertimbangan struktur dan konstruksi didalamnya, namun tetap dalam kapasitasnya sebagai sebuah karya arsitektur, yang tetap menitik beratkan pada pengolahan-pengolahan bentuk dan elemen dari sistem struktur yang diterapkan.

Dalam hal ini arsitektonik berperan memberi artikulasi pada mekanisme penyaluran beban dan elemen-elemen struktur, mengolah bentuk secara inovatif hingga menghasilkan potensi bentuk arsitektural secara keseluryhan maupun sambungan detail-detail konstruksi yang digunakan. Bentuk-bentuk yang digunakan hendaknya mempunyai nilai filosofi dalam seni bangunan, bukan sekedar detail-detail figuratif yang abstrak.

Tektonika bisa dimulai dari pemilihan struktur bangunan sesuai fungsinya.
Contoh :
• Bangunan candi dibuat dengan struktur yang massif, berat, dan tertutup. Hal ini sesuai dengan fungsinya sebagai tempat ibadah yang sakral dan magis, serta aberorientasi kedalam.
• Struktur pendopo pada rumah dat jawa yang terkesan ringan dan terbuka, hal ini menyangkut fungsinya sebagai tempat menerima tamu dan ditunjang dengan budaya masyarakat jawa yang terbuka kepada siapa saja yang datang.
• Bangunan ibadah yang ada yaitu gothic pada gereja, dan kubah pada mesjid

Tektonika tak berhenti pada sistem struktur saja, tetapi berlanjut kedalam elemen konstruksi seperti kolom-kolom, dinding-dinding, balok-balok, detail-detail sambungan.

Untuk menggabungkan bentu-bentuk arsitektur dan tektonika disbutuhkan suatu pengetahuan dan kepekaan terhadap desain dan material-material yang ada. Pencitraan masing-masing material harus benar-benar dipahami.

Berarsitektonik bukan sesuatu hal yang dapat dipelajari secara teoritis, tetapi diperlikan latihan-latihan dan uji coba.Pada tahap lanjut, diperlukan suatu pemikiran yang holistik(terpadu) antara perinsip-perinsip perancangan, konsep struktur, pengetahuan iklim sosial dan budaya, dll. Yang menunjang ide desain arsitektural secara utuh.

Sumber :

www.puslit2.petra.ac.id

www.eprints.undip.ac.id

www.digilib.its.ac.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar